EMBUN masih bergayut di dedaunan saat jumbo jet Boeing 747-400 mendarat mulus di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar, Minggu pagi, 9 Oktober 2011. Kedatangan pesawat yang sering dijuluki Queen of the Skies (ratu langit) itu disambut haru oleh pengelola bandara, bahkan di antara mereka terlihat ada yang mengucurkan air mata.
Kagum dan bangga juga memancar dari ratusan pasang mata warga, termasuk keluarga jamaah calon haji (JCH) yang menatap kedatangan burung besi raksasa itu dari ruang-ruang terbuka di luar area utama bandara.
Memang, ada nuansa yang agak beda di Bandara SIM pada Minggu pagi kemarin. Sejak lepas subuh, pengelola bandara (PT Angkasa Pura II) bersama keluarga besarnya terlihat sibuk melakukan proses finishing untuk sebuah seremonial penyambutan pendaratan perdana Boeing 747-400 di bandara kebanggaan masyarakat Aceh tersebut. Persiapan juga termasuk penyediaan perangkat adat peusijuek (tepung tawar) sebagai lambang kesuksesan dan harapan untuk menuai keberkahan Ilahi.
Prosesi seremonial semakin terasa manakala sejumlah pejabat daerah ini, di antaranya Sekda Aceh Teuku Setia Budi bersama jajarannya, Unsur Muspida Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh serta Ketua Majelis Adat Aceh (MAA), Badruzzaman Ismail SH MHum ikut bergabung bersama keluarga besar Bandara SIM. Mereka berkumpul membentuk formasi penyambutan tamu di area appron bandara.
Di keremangan pagi itu, tiba-tiba terdengar gemuruh di langit utara bandara. Semua mata spontan tertuju ke sumber suara yang tak lain adalah sosok pesawat Boeing 747-400 yang sedang mengarah turun untuk landing di Bandara SIM. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 06.55 WIB, roda pesawat menyentuh mulus ujung runway 17. Tanpa hambatan ‘sang putri langit’ meluncur ke selatan (runway 35), berbelok ke taxi way dan parkir sempurna di appron. Tepuk tangan diiringi rasa syukur mewarnai detik-detik mendebarkan itu.
Keberhasilan penerbangan perdana pesawat B747-400 ke Bandara SIM dalam rangka memenuhi angkutan JCH Aceh 2011 (kloter tambahan) memiliki arti tersendiri bagi daerah ini. Ini juga tidak lepas dari perjuangan Pemerintah Aceh bersama seluruh masyarakatnya yang berharap agar semua JCH Aceh bisa diberangkatkan/dipulangkan via Bandara SIM.
Bagi pihak pengelola Bandara SIM, keberhasilan itu juga sebagai bentuk pengakuan bahwa bandara tersebut memang layak didarati pesawat sejenis B747-400 karena semua persyaratan pendukungnya sudah terpenuhi.
“Selama ini ada kesan kita dikucilkan. Kami berusaha dengan sekuat tenaga untuk memenuhi berbagai ketentuan yang dipersyaratkan. Alhamdulillah, akhirnya kita membuktikan mampu dan insya Allah kita sudah memiliki persyaratan menuju bandara world class,” ujar seorang staf PT Angkasa Pura II yang mengelola Bandara SIM. “Peran aktif dan bantuan masyarakat untuk ikut menjaga bandara ini sangat diharapkan agar kepercayaan yang telah kita dapat dari regulator bisa terus dipertahankan,” lanjut staf tersebut.
Kagum dan bangga juga memancar dari ratusan pasang mata warga, termasuk keluarga jamaah calon haji (JCH) yang menatap kedatangan burung besi raksasa itu dari ruang-ruang terbuka di luar area utama bandara.
Memang, ada nuansa yang agak beda di Bandara SIM pada Minggu pagi kemarin. Sejak lepas subuh, pengelola bandara (PT Angkasa Pura II) bersama keluarga besarnya terlihat sibuk melakukan proses finishing untuk sebuah seremonial penyambutan pendaratan perdana Boeing 747-400 di bandara kebanggaan masyarakat Aceh tersebut. Persiapan juga termasuk penyediaan perangkat adat peusijuek (tepung tawar) sebagai lambang kesuksesan dan harapan untuk menuai keberkahan Ilahi.
Prosesi seremonial semakin terasa manakala sejumlah pejabat daerah ini, di antaranya Sekda Aceh Teuku Setia Budi bersama jajarannya, Unsur Muspida Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh serta Ketua Majelis Adat Aceh (MAA), Badruzzaman Ismail SH MHum ikut bergabung bersama keluarga besar Bandara SIM. Mereka berkumpul membentuk formasi penyambutan tamu di area appron bandara.
Di keremangan pagi itu, tiba-tiba terdengar gemuruh di langit utara bandara. Semua mata spontan tertuju ke sumber suara yang tak lain adalah sosok pesawat Boeing 747-400 yang sedang mengarah turun untuk landing di Bandara SIM. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 06.55 WIB, roda pesawat menyentuh mulus ujung runway 17. Tanpa hambatan ‘sang putri langit’ meluncur ke selatan (runway 35), berbelok ke taxi way dan parkir sempurna di appron. Tepuk tangan diiringi rasa syukur mewarnai detik-detik mendebarkan itu.
Keberhasilan penerbangan perdana pesawat B747-400 ke Bandara SIM dalam rangka memenuhi angkutan JCH Aceh 2011 (kloter tambahan) memiliki arti tersendiri bagi daerah ini. Ini juga tidak lepas dari perjuangan Pemerintah Aceh bersama seluruh masyarakatnya yang berharap agar semua JCH Aceh bisa diberangkatkan/dipulangkan via Bandara SIM.
Bagi pihak pengelola Bandara SIM, keberhasilan itu juga sebagai bentuk pengakuan bahwa bandara tersebut memang layak didarati pesawat sejenis B747-400 karena semua persyaratan pendukungnya sudah terpenuhi.
“Selama ini ada kesan kita dikucilkan. Kami berusaha dengan sekuat tenaga untuk memenuhi berbagai ketentuan yang dipersyaratkan. Alhamdulillah, akhirnya kita membuktikan mampu dan insya Allah kita sudah memiliki persyaratan menuju bandara world class,” ujar seorang staf PT Angkasa Pura II yang mengelola Bandara SIM. “Peran aktif dan bantuan masyarakat untuk ikut menjaga bandara ini sangat diharapkan agar kepercayaan yang telah kita dapat dari regulator bisa terus dipertahankan,” lanjut staf tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar