Selama perjalanan nanti, Bus biasanya akan berhenti 1 kali, untuk makan dan ganti supir sambil istirahat sekitar 15 menit di Rumah Makan tersebut. Umumnya makanan yang disajikan di Rumah Makan rekanan Perusahaan Armada Bus itu adalah Sate Matang (Matang: Nama Daerah) atau Masakan Khas Aceh lainnya.
Nah, istimewanya jika anda naik kendaraan jenis L-300, anda bisa minta supir untuk berhenti sejenak di tempat penjualan oleh-oleh. Diantara Oleh-oleh yang tak pernah absen di warung atau toko-toko tersebut yaitu Pisang Sale dan segala macam Kripik dari jenis umbi-umbian, yang memiliki banyak rasa.
Ups, sebelum lupa dan sekedar mengingatkan, kalo Bus/Bis yang dari Banda Aceh ke Takengon, beroperasi pada waktu Pagi dan Siang hari. Tetapi kalo dari Medan ke Takengon atau Pondok Baru (nama desa yang menjadi tujuan akhir di Bener Meriah), sebagian besar beroperasi pada sore hari, ba'da ashar atau malam hari selepas magrib. Kecuali yang travel (sebutan untuk Kendaraan jenis L 300). Kendaraan tersebut sudah mulai jalan pada waktu Pagi hari. (ongkosnya travel pun, lebih mahal 30-50 ribu dari Bus/Bis yang memiliki seat 2-2 (Patas AC). saat ini ongkos Bus rata-rata 90 ribu rupiah /orang )
Kembali keperjalanan semula. Suasana perjalanan akan mulai terasa seru ketika memasuki daerah Jeumpa, Bireun. (Apalagi waktu Konflik dulu, wuih..seru abis..bro!, anda harus siap-siap untuk aktifkan nyawa cadangan ).
Tapi, seiring keamanan yang telah jauh lebih baik saat ini, perasaan tersebut tidak perlu lagi ada. Saat ini yang perlu adalah menyiapkan obat anti mabuk, sebab mulai dari Bireun hingga Takengon yang jaraknya ± 100 kilometer (kira-kira 2 jam perjalanan) itu, perut anda akan di kocok habis-habisan. Anda akan mengalami serangan belokan, turunan-tanjakkan maut yang bertubi-tubi. Beberapa tikungan yang disertai turunan terjal sepeti di Jeumpa, Cut Panglima, Ronga-ronga, Enang-enang, dll.
Jalan sempit yang dilalui banyak Bus dan Truck berbadan lebar itu, menuntut konsentrasi, kehati-hatian dan kemahiran para supir dalam mengemudi. Karena pernah, bahkan tidak sedikit Bus yang ceroboh masuk ke dalam jurang yang dalamnya sampai ratusan meter (Itu makanya disarankan selalu berdo'a sebelum memulai perjalanan, agar sampai ditujuan dengan selamat)
Tapi tenang, semua pengorbanan dan perjuangan yang anda lakukan akan terbayarkan, ketika kita telah memasuki daerah hutan Pinus di dekat Wih Ni Kulus dan Blang Rakal. Anda seperti melintasi daratan Eropa (duh, cem betol ajah..). Dengan view jajaran pohon Pinus berbaris rapih, Pegunungan yang Indah dan dibaluti udara yang sangat sejuk akan menjadi sajian gratis untuk anda.
Udara sejuk akan lebih terasa jika anda naik mobil L-300, dengan membuka kaca tentunya. Kenikmatan seperti itu, tidak akan anda dapat jika menumpang Bus Besar, karena udara sejuk yang anda nikmati berasal dari AC. Oh iya.. agar ga nyasar dan salah turun, tujuan anda adalah Kota Takengon - Aceh Tengah. Karena disini yang ada Hotel atau Penginapan untuk anda bermalam. walaupun sebenarnya di Simpang Tiga, Bener Meriah, ada Mess Pemda yang baru dibangun, tapi belum tau, bisa di Sewa atau tidak.
Dari Takengon (kota yang berada diatas 1400 dpl) ini, anda dapat merencanakan Perjalanan ke beberapa kota disekitar Takengon pada keesokan harinya. Di sana banyak Objek yang indah untuk berfoto ria :), yang sangat sayang untuk dilewatkan. Seperti Pantan Terong, anda bisa melihat Danau Laut Tawar dan Kota Takengon yang sangat indah dari Tempat itu. Ada Goa Putri Pukes, Goa Loyang Koro, yaitu goa-goa yang didalamnya terdapat benda-benda cagar budaya yang telah ada sejak ratusan tahun silam. Masih diseputaran kota takengon, anda bisa menonton Pacuan Kuda di Blang Bebangka atau di Daerah Bintang yang berada di ujung Danau Laut Tawar (disini hampir tiap sore, anak-anak kecil sering latihan pacuan kuda).
Kemudian, jika kita ingin jalan lebih ke Daerah Pedalaman sedikit, tepatnya di daerah Isaq anda dapat menyaksikan keunikan lain pada "Atu Belah" (Batu Belah:Bahasa Gayo), yaitu batu besar yang terbelah 2, belahannya cukup rata. Batu tersebut memiliki dimensi Tinggi 2,5 meter, Panjang 4 meter dan lebar 2 meter. Dibelakangnya terdapat kolam kecil yang semuanya memiliki mitos tersendiri dikalangan masyarakat Gayo. Batu Belah tersebut tidak hanya 1 tapi ada beberapa. Bahkan yang paling besar, berada di Pinggir Jurang yang terjal, dari atas batu itu kita dapat melihat pemandangan yang sangat Indah. Tidak terlalu jauh dari dimana Batu Belah berada, terdapat makam Datu Beru (menurut cerita, Datu Beru adalah nenek moyangnya Suku Gayo) serta artefak dan Sumur bekas Kerajaan Linge.
Setelah anda puas hiking seharian dipegunungan, selanjutnya anda bisa menikmati perjalanan ke kampung Isaq. Yang menarik disini adalah sepanjang sisi jalan terdapat sungai yang mengalir deras dan jernih (mirip kalo kita jalan dari Lubuk Sikaping ke Bonjol di Sumatera Barat). Sungai tersebut mengalir dari Hutan Pinus sebelum Kampung Isaq, sampai Kampung Tero, kira-kira menempuh 2 jam perjalanan santai. Jika kita trus berjalan sedikit lebih dalam hingga kampung Ise-Ise, anda akan menjumpai Peternakan Sapi di Ketapang. Yaitu, peternakan Sapi Bali yang dikelola Pemda Aceh Tengah.
Kalau waktu melancong yang anda punya cukup singkat, jangan khawatir, anda cukup mengelilingi dan mengarungi Danau Laut Tawar, yang letaknya tak jauh dari pusat kota Takengon. Danau yang menjadi kebanggaan orang gayo ini terbentang dari Takengon hingga Bintang (nama desa), panoramanya tak kalah eksotis dari tempat-tempat lain di Indonesia. Tentu akan terasa lain jika anda bisa mengunjungi semua tempat yang indah di Tanah Gayo. Anda pasti merasa betah dan tidak ingin pulang jika sudah sampai di Tanoh Gayo (Tanah Gayo dalam Bahasa Gayo).
Seperti kata SBY (Presiden RI saat ini), ketika masih menjabat Menkopolkam, Beliau pernah mengunjungi Takengon. Dihadapan saya, dan Ribuan Masyarakat Gayo lainnya di Lapangan Depan Kantor Bupati Aceh Tengah, dia memuji dengan mengatakan "Kota Takengon sangat indah dan masyarakatnya penuh pesona”. Sedangkan Hari Sabarno, Mendagri yang saat itu menemani kunjungan Singkat SBY juga mengatakan “Keindahaan Kota Takengon seperti kota-kota lain dibelahan Eropa”.
Saya rasa itu bukanlah pujian yang berlebihan, karena memang keindahan Tanah Gayo, Ibarat pepatah, Bagaikan Sekeping Tanah Surga yang Terlempar Ke Dunia. Disana anda bisa menikmati Panorama alam yang sangat indah dan sejuknya udara Gayo selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 356 hari (rata-rata) dalam setahun. Siang hari anda akan dibaluti udara dingin 18 derajat celcius, semakin malam udara akan terasa semakin dingin, apalagi pada musim hujan.
Jika anda punya kocek yang lebih, jangan lupa beli oleh-oleh Khas Gayo yang dijual di Takengon, seperti Kopi Gayo (bubuk) yang juga banyak dijual di toko-toko baik dikota takengon atau di warung pinggir jalan kearah luar kota, Ikan Depik (ikan endemik Danau Laut Tawar, ikan ini dijual di pasar Ikan Takengon), Kerajinan Gayo seperti Kerawang (berbentuk Tas, Pakaian, dompet, Sarung, selendang, dll di Simpang Empat), Buah-buahan segar organic seperti Terong Belanda, Jeruk, Marquisa Manis, Alpokat serta buah-buahan dan sayuran lainnya di Pasar Inpres Takengon.
Makanan Khas Tanah Gayo yang dapat anda nikmati cukup beragam, mulai dari Pengat, Masam Jeng dan menu-menu lainnya dapat anda nikmati di Rumah makan dan cafe-cafe yang mulai tumbuh subur di Takengon, Aceh Tengah atau di wih Pesam, Bener Meriah
Belum Puas di Aceh Tengah (Tekengon dan sekitarnya), anda juga harus.. kudu.. mesti.. jelajahi alam Gayo lainnya di kabupaten tetangga, yaitu Bener Meriah. Daerahnya tidak terlalu jauh dari takengon karena bebatasan langsung dengan Aceh Tengah. Jarak antar ibukota kabupaten kurang lebih 20 kilometer atau 15 menit perjalanan darat. Disana anda dapat melihat suburnya alam Gayo, dimana Perkebunan Kopi yang tangkainya dipenuhi buah yang mulai memerah, akan terus terlihat disepanjang mata memandang.
Kopi Gayo yang tumbuh di daerah ini sebagian besar berjenis Arabika. Cita rasanya sudah sangat terkenal di Eropa, Jepang dan Belahan dunia Lainnya. Di Bener Meriah terdapat beberapa industri Kopi Gayo, mulai dari industri rumahan dengan peralatan sederhana sampai Pabrik kopi dengan teknologi standar. Jangan heran jika di Tanah Gayo (baik Aceh Tengah dan Bener Meriah) dimana-mana anda akan melihat hamparan buah Kopi yang dijemur, baik di jalan-jalan kampung dan tempat-tempat seperti Altar yang memang dibuat khusus untuk menjemur kopi di pekarangan rumah warga.
Kabupaten Bener Meriah, merupakan daerah penghasil utama Kopi Gayo, dengan luas areal perkebunan kopi terluas di Indonesia. Selain Kopi, komoditi unggulan lainnya adalah sayur mayur dan buah-buahan, yang juga tumbuh sangat subur disana, baik dibiakkan dengan cara organic maupun non organic.
Yang tidak boleh dilewatkan juga adalah tempat-tempat wisata lainnya di Bener Meriah, seperti Air Panas di Simpang Balek, Wih Ni Kulus dan Gunung Burni Telong, yaitu gunung aktif yang sangat indah jika dilihat dari bandara Rembele (bandara kecil dengan Run Way relatif pendek, Panjang Run Way tersebut ketika saya ukur sendiri dengan Spedometer Motor beberapa waktu yang lalu hanya 1.500 meter, dan lebarnya 16 meter. Jenis Bandara ini hanya dapat didarati Pesawat sekelas CN 235 atau sejenis pesawat Foker berbadan kecil lainnya. Bandara ini juga telah dilengkapi bangunan Apron penumpang, Kantor, Gudang, Perumahan, dan beberapa bangunan penunjang lainnya). Jaraknya tidak lebih 2 kilometer dari Kota Simpang Tiga, Bener Meriah.
Di Kecamatan Timang Gajah, Anda juga bisa melihat Tugu Radio Rimba Raya, yaitu radio yang pertama kali menyiarkan Kemerdekaan Indonesia ke Luar Negeri sperti Semananjung Melayu (Malaysia), Singapura, Saigon (Vietnam), Manila (Filipina) bahkan Australia dan Eropa.
Perjalanan ke Tanah gayo, akan lebih seru jika anda tau jadwal atau event-event besar di daerah ini. Seperti event Pacuan Kuda, Kesenian Didong dan banyak acara lainnya di Bener Meriah, yang biasanya digelar untuk merayakan hari jadi Kabupaten tersebut atau acara adat lainnya (seperti Pesta Pernikahan dll). Dan masih banyak tempat lain yang layak anda kunjungi, tidak susah untuk menjangkaunya, anda bisa bertanya dan minta antar ke tempat-tempat tersebut kepada masyarakat yang sangat ramah disana.
Untuk akomodasi dan penginapan, ada Hotel Renggali, Mahara, Triarga dll, di Takengon. (anda bisa tanya info apa saja disana, terkait pariwisata Tanah Gayo) tarif hotel disana relatif murah. Atau kalo mau yang gratis, tidur di mesjid Ruhama, tapi ga jamin dikasih selimut yah, dan anda harus siap-siap diserang udara yang sangat sejuk di malam hari. Ingat, selama disana, anda harus puas-puasin untuk berkunjung ke semua tempat yang seru. Saya yakin, Tanah Gayo akan membuat anda betah dan selalu rindu untuk kembali ke sana.
Jika sudah puas di Tanah Gayo, maka perjalanan akan kita lanjutkan ke kota lainnya. Sesuai misi kita, mengelilingi Sumatera. Perjalanan selanjutnya, anda bisa pilih meneruskan perjalanan ke daratan Aceh Lainnya, seperti Gayo Lues & Aceh Tenggara, lewat Gunung Leuser, Gunung dengan Hutan Lindung yang masih alami. Tempat hidupnya berbagai macam satwa yang dilindungi. Keindahan Gunung Leuser dilengkapi dengan cantiknya bentangan Sungai Alas yang membelah pegunungan itu. Salah satu jalur darat yang paling berbahaya, adalah lintasan Gunung Leuser. Kalo orang Takengon akan mengunjungi keluarganya di Gayo Lues atau Aceh Tenggara, jalur terdekat harus melewati Daerah ini. Kalo anda punya nyali yang besar, anda bisa jalan-jalan ke Gayo Lues, dengan naik kendaraan sejenis L-300, tapi duduk di atas (atap) mobil. Bagaimana, Mau Coba? . Kalo tidak berani, ya sudah mungkin kita kembali saja ke jalur kedatangan semula, yaitu melalui Bireun untuk melanjutkan perjalanan ke Lhokseumawe.
Jika suhu udara di Tanah Gayo sangat sejuk, sebaliknya di Lhoseumawe dan kota-kota pesisir lain di Utara Aceh. Di kota itu udaranya cukup membuat kulit pipi orang Gayo menjadi merah (seperti “apel Manalagi”) karena udara yang panas. Lhokseumawe lebih mirip Pulau kecil yang cukup padat, kotanya terbentuk dari urbanisasi penduduk yang bekerja dibeberapa perusahaan besar (pada saat itu), seperti PT. Arun (industri Gas cair), PT. KKA (industri Kertas), PT. PIM (industri Pupuk) yang berada tidak jauh dari Kota Lhokseumawe.
Kota Lhokseumawe ini dibatasi oleh sebuah sungai yang bermuara ke laut, garis sungai ini yang membuat kota Lhokseumawe terpisah dari daratan lainnya, jalan aksesnya hanya dihubungkan oleh 2 jempatan panjang, yang menghubungkan antara lhokseumawe dan daerah lain disekitarnya. Untuk sampai disana (Kodya Lhokseumawe) anda akan menghabiskan waktu kurang lebih 4 Jam, baik itu dari Simpang Tiga, Bener Meriah maupun dari Takengon-Aceh Tengah. Untuk Jalur udara, Bandara Rembele yang berada di Bener Meriah, saat ini baru hanya melayani rute Bandara Iskandar Muda (Banda Aceh) dan Polonia (Medan).
Seperti Umumya kota-kota pesisir di Indonesia, Lhokseumawe juga menyuguhkan wisata Pantai. Jaraknya tak lebih dari 1 kilometer dari pusat kota, dan bahkan yang terdekat dari bibir pantai hanya 300 meter (dari Kantor Walikota atau Jalan Sukaramai-jalan protokol yang paling ramai di Lhokseumawe). Sangkin dekatnya, jalan ini sempat dilalui arus air laut, ketika Tsunami tahun 2004 yang lalu.
Makanan Khas yang ada di kota ini dan kota-kota lainnya di Pesisir adalah Mie, Martabak Telor dan Nasi Goreng-Aceh. Hampir diseluruh sudut kota bertebaran warung dan ruko yang menjual masakan ini.
Selama Perjalanan dari Tanah Gayo ke Medan. Anda akan melalui beberapa Kota seperti Bireun (disini jangan lupa beli oleh-oleh seperti kripik dll yah, Saya tidak menyarankan membeli Ganja, walaupun daerah ini termasuk penghasil utama Selain Kabupaten Gayo Lues, masih takut Dosa soalnya ), kemudian kota kecil yang akan dilewati berikutnya yaitu Lhokseumawe, Pereulak, Langsa dan Kuala Simpang hingga masuk ke Perbatasan Sumatera Utara.
Sementara, perjalanan kita dicukupkan sampai Kuala Simpang dulu yah, di sebuah ruko yang tak jauh dari Polsek Kuala Simpang. Disitu ada tempat ngopi yang enak dan ada kue timpan kesukaan saya. Kita singgah sebentar, sebelum melanjutkan perjalanan ke Medan dan Sekitarnya (Sumatera Utara). Lumayan, bisa istirahat sejenak, sambil lurusin badan yang mulai pegel-pegel setelah 7 Jam di atas kendaraan. Oh iya, untuk sampai ke kota Medan, dari kota Kuala Simpang, Aceh Tamiang ini, tidak terlalu jauh lagi, kira-kira sekitar 3 atau 4 jam lagi.
Ok, Saya mau tarik Nafas dulu, sekalian mau posting tulisan berikutnya yang menceritakan Alam Sumatera Utara, tulisan tersebut akan saya posting terpisah dengan "Perjalanan di Aceh" ini (tapi masih terkait satu sama lain, begitu seterusnya, hingga Piknik ke Sumatera selesai). Ups, sori.. Kopi Susu yang ada depan saya ini masih hangat, saya mau lanjutin ngopi dulu yah, ntar keburu dingin ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar