Malam itu kami berdua memiliki tugas yang sangat berbahaya namun, menjadi tantangan tersendiri. John menyiapkan semua peralatan, sedangkan aku menyiapkan mobil untuk mengantar kita melalukan tugas menarik ini.
John menatapku dengan sebatang rokok dibibir hitamnya
"kau sudah siap?" tanya john curiga
"Siap John, ini yang aku tunggu untuk menjadi sepertimu"
"Senapan sudah kusiapkan, sekali kau tembak.. busss tak akan ada suara" katanya sambil bergaya membidik
"ok john..... aku hanya ingin mandi sebentar... agar semuanya kembali seperti semula. kau ikut kan nanti malam?"
tanyaku saat kututup cap mobil
"ini pembunuhan keduamu sebagai pembunuh bayaran..... hmmm tentu saja aku harus ikut nak" ujarnya sambil menepuk bahuku dengan keras.
Huh! pembunuh bayaran. itulah pekerjaan John. dari kecil ia mengajariku membunuh, bukan karna dendam, tapi karna perlu. Dendam akan merusak semua pekerjaannya. Jadi ia tak akan berurusan dengan orang yang pernah melukai hatinya. karana bukan target yang akan terbunuh, orang yang punya masalah dengan John lah yang akan terbunuh.
Dulu pertama kali aku membunuh seorang anak yang dicap Nakal oleh keluarganya. Senja itu, John menerima telp dari Nyonya Wingka, dia mengutarakan ingin membunuh anak kandungnya karna sudah bosan dengan tingkahnya.
Tak ada yang membuatku takut untuk membunuh Mampish anak Nyonya Wingka. Aku hanya perlu mencekik lehernya ketika bermain dihalaman belakang dan aku ikat semua tubuhnya dengan akar berduri mawar hitam milih John. Sedangkan didepan ada John dan Nyonya Wingka yang menyaksikan, mereka tersenyum bangga padaku bisa melaksanakan tugas tanpa ada keributan. Aku merasa aneh menyaksikan semua ini, yang ada dibenakku saat itu hanya sebuah pertanyaan "Apakah mereka punya hati?"
Kini aku dapatkan jawabannya hati disini sudah tak penting lagi, yang penting adalah kehidupan harus terus berjalan sesuai dengan yang kau mau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar